Senin, 14 Februari 2011

teori perkembangan organisasi

NAMA : MARINA
KELAS : 1EA12
NPM : 14210217

Perkembangan Teori Organisasi
Teori Organisasi berkembang melalui 3 pendekatan yang munculnya berurutan, yaitu Pendekatan Klasik yang memperkenalkan cara membagi kegiatan kepada anggota organisasi sehingga setiap orang mendapat beban kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya. Pendekatan Neoklasik menemukan bahwa iklim organisasi juga perlu dijaga agar selain ditugasi beban kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya, anggota organisasi juga bisa bekerja dengan nyaman karena dalam organisasi terdapat suasana kerja yang baik. Pendekatan Modern menemukan bahwa setelah beban kerja terdistribusi dengan baik dan suasana kerja juga nyaman, organisasi juga perlu disesuaikan dengan kondisi luar (lingkungannya) agar bisa hidup dan berkembang dengan baik.
Acuan dalam Pembahasan Teori Organisasi
Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga agar bisa berhasil maka organisasi perlu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, tidak ada aturan umum yang berlaku bagi semua organisasi. Kondisi terbaik bagi sebuah organisasi tergantung kepada kondisi lingkungan, dimana organisasi itu berada. Ketergantungan organisasi terhadap lingkungannya menyebabkan cara untuk menggambarkan karakteristik organisasi perlu menunjukkan bentuk organisasi tersebut dan juga kondisi organisasi itu relatif terhadap lingkungannya. Selain itu, ketergantungan ini juga menyebabkan cara untuk melakukan analisis terhadap permasalahan organisasi juga perlu memperhatikan apakah permasalahan tersebut sebenarnya muncul dari kondisi yang terdapat di luar organisasi
Organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga perlu dipahami cara untuk menginventarisasi dan mempelajari elemen-elemen lingkungan secara lengkap.
Sifat lingkungan yang paling berbahaya bagi organisasi adalah ketidakpastiannya. Oleh karena itu, muncul berbagai cara untuk mempelajari ketidakpastian lingkungan, seperti yang dikembangkan oleh Duncan, dan juga oleh Emery dan Trist.
Pengaruh Lingkungan terhadap Organisasi
Ketergantungan organisasi terhadap lingkungannya menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian. Salah satu bentuk penyesuaian organisasi adalah melalui penyesuaian internal organisasi, misalnya (1) kompleksitas organisasi perlu disesuaikan dengan kompleksitas lingkungannya, (2) dalam organisasi juga muncul bagian-bagian peredam yang melindungi kegiatan utama organisasi dari gejolak lingkungan, (3) boundary spanning muncul sebagai bagian yang melakukan pengamatan terhadap perubahan kondisi lingkungan maupun merepresentasikan organisasi terhadap lingkungannya
Diferensiasi dan Integrasi
Kompleksitas lingkungan menyebabkan organisasi perlu membagi-bagi diri (diferensiasi) agar setiap segmen lingkungan dapat dihadapi oleh suatu bagian khusus dari organisasi. Akan tetapi, bagian-bagian yang terpisah itu, kemudian perlu disatukan atau dikoordinasikan kembali (integrasi) agar secara keseluruhan tetap menuju atau menyumbang kepada pencapaian tujuan bersama.
Mengubah Kondisi Lingkungan
Organisasi mencoba mengubah kondisi lingkungan melalui dua jenis tindakan, yaitu (1) mengusahakan terciptanya hubungan baik dengan elemen-elemen lingkungan yang terpenting dan (2) berusaha membentuk lingkungan agar tidak berbahaya dan bisa menguntungkan bagi organisasi. Kondisi suatu organisasi juga bisa dibaca dengan melihat set organisasinya, yaitu berbagai jenis organisasi lain yang memiliki hubungan dengan organisasi tersebut
Efektivitas Organisasi
Efektivitas suatu organisasi sering kali dikaitkan dengan keberhasilan organisasi tersebut untuk mencapai sasarannya. Ternyata dalam organisasi terdapat sasaran resmi dan sasaran sebenarnya. Sasaran resmi biasanya berbentuk formal dan sulit diukur sehingga tidak mudah untuk dijadikan acuan dalam pengukuran efektivitas organisasi. Sementara sasaran sebenarnya memang lebih terukur, tetapi biasanya tidak dinyatakan secara resmi.
Sasaran merupakan hal penting karena merupakan alasan bagi eksistensi suatu organisasi, dan juga sebagai patokan dalam melaksanakan proses manajemen
Berbagai Pendekatan dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Dalam pengukuran Efektivitas Organisasi terdapat 3 jenis pendekatan, yaitu Pendekatan Sasaran, Pendekatan Sumber, dan Pendekatan Proses Internal. Ketiga jenis pendekatan ini mengukur efektivitas organisasi secara parsial, dan mengukur efektivitas organisasi dari sudut pandang yang berbeda.
Pendekatan Integratif dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Pendekatan integratif dalam pengukuran efektivitas organisasi muncul karena. Organisasi melaksanakan berbagai jenis kegiatan dan menghasilkan bermacam-macam output sehingga pengukuran efektivitasnya lebih tepat apabila dilakukan dengan menggunakan banyak kriteria.
Birokrasi Organisasi
Pada masa Revolusi Industri, mulai terasa kebutuhan akan kemampuan untuk merumuskan dan mengelola organisasi produksi berukuran besar. Weber mengusulkan organisasi Birokrasi sebagai jawaban terhadap kebutuhan tersebut. Organisasi Birokrasi menurut Weber perlu memenuhi ciri-ciri ideal yang ia usulkan, dan ternyata tidak mudah dilaksanakan.
Pertumbuhan Organisasi dan Birokrasi
Organisasi selalu didorong untuk tumbuh menjadi lebih lengkap dan lebih besar oleh berbagai kekuatan. Menurut Greiner, organisasi selalu tumbuh dalam tahapan yang diawali oleh tahapan tumbuh dan diakhiri dengan tahapan krisis.
Birokrasi dan Performansi Organisasi
Organisasi Birokrasi bisa memberikan kinerja yang baik apabila digunakan pada situasi yang sesuai. Pada jenis situasi yang tidak sesuai kinerja organisasi birokratis cenderung buruk. Oleh karena itu, sampai sekarang terdapat kelompok yang mendukung maupun mengritik organisasi birokrasi.
Organisasi yang mengalami kemunduran ternyata bisa disebabkan oleh alasan yang muncul dari dalam organisasi ataupun dari kondisi lingkungannya
Diferensiasi Horizontal
Kompleksitas menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi dalam sebuah organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut ruang atau daerah). Diferensiasi horizontal menggambarkan derajat perbedaan antara unit-unit atau fungsi-fungsi organisasi sehingga setiap unit atau fungsi perlu ditangani oleh tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan khusus (spesialisasi).
Diferensiasi Vertikal
Kompleksitas menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi dalam sebuah Organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut ruang atau daerah). Diferensiasi vertikal menggambarkan tingkat kedalaman atau banyaknya tingkatan hierarki antara pimpinan puncak hingga tingkatan paling rendah dalam sebuah organisasi. Diferensiasi spasial atau sebaran ruang menunjukkan derajat penyebaran bagian-bagian organisasi pada lebih berbagai lokasi, baik menurut jumlahnya maupun menurut jarak sebarannya.


Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) No.299/
Kpts/OT.140/7/2005, tugas Badan
Litbang Pertanian adalah melaksana
kan penelitian dan pengembangan
pertanian. Untuk melaksanakan
tugas tersebut Badan Litbang Perta
nian menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan
penelitian dan pengembangan perta
nian, b) perumusan program pene
litian dan pengembangan pertanian,
c) pelaksanaan penelitian dan
pengembangan pertanian, d) evaluasi pelaksanaan penelitian dan
pengembangan pertanian, dan e) pelaksanaan administrasi Badan.
Sejarah
Badan Litbang Pertanian dalam perkembangannya telah mengalami
beberapa kali perubahan organisasi. Sejarah perkembangan organisasi Badan
Litbang Pertanian sebelum dan sesudah pembentukannya adalah sebagai
berikut :
Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian
Tahun 1962, lembaga-lembaga penelitian pertanian berada di bawah dan
dikoordinasikan oleh masing-masing Direktorat Jenderal pada tiap Departemen.
Lembaga-lembaga penelitian pertanian berikut : Lembaga Pusat Penelitian
Pertanian, Lembaga Penelitian Hortikultura, dan Lembaga Penelitian Tanah
berada di bawah Direktorat Jenderal Pertanian berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian (Kepmentan) No. 26 tahun 1969. Lembaga Penelitian Tanaman
Industri berada di bawah Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan
Kepmentan No. 331 tahun 1969. Lembaga Penelitian Peternakan dan Lembaga
Penelitian Penyakit Hewan berada di bawah Direktorat Jenderal Peternakan
berdasarkan Kepmentan No. 118 tahun 1971, serta Lembaga Perpustakaan dan
Biologi Pertanian di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian
berdasarkan Kepmentan No. 54 tahun 1967.


Pembentukan Badan Litbang Pertanian dan Perkembangannya
(1974 – 2002)

Periode 1974 - 1980
Berdasarkan Keppres No. 44 dan 45 tahun 1974 dibentuk Badan Litbang
Pertanian sebagai unit Eselon I Departemen Pertanian dengan membawahi 12
unit Eselon II, yaitu: Sekretariat Badan, 4 (empat) Pusat yaitu Pusat Penyiapan
Program Penelitian Pertanian, Pusat Pengolahan Data dan Statistik, Pusat
Perpustakaan Biologi dan Pertanian, dan Pusat Karantina Pertanian, 2 (dua)
Pusat Penelitian (Puslit) yaitu, Puslit Tanah dan Puslit Agro-Ekonomi, serta 5
(lima) Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) yaitu, Puslitbang
Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Kehutanan,
Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan. Tahun 1975 Badan Litbang
Pertanian didukung oleh 14 Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri dari 12 lembaga
penelitian dan 2 instalasi, selanjutnya tahun 1980 lembaga penelitian dan
instalasi bertambah menjadi 18 Balai Penelitian (Balit).

Periode 1981 - 1986
Berdasarkan Keppres No. 24 tahun 1983, Badan Litbang Pertanian terdiri
atas Sekretariat Badan; 2 (dua) Pusat yaitu, Pusat Pengolahan Data dan Statistik
dan Pusat Perpustakaan dan Biologi Pertanian, 2 (dua ) Puslit yaitu, Puslit Tanah
dan Puslit Agro-Ekonomi serta 5 (lima) Puslitbang yaitu, Puslitbang Tanaman
Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang
Peternakan, dan Puslitbang Perikanan. Tahun 1984 Badan Litbang Pertanian
didukung oleh 16 Balit, 51 Sub Balit, 62 laboratorium, serta 197
kebun/kolam/tambak/kandang percobaan (Kepmentan No. 613/84).


Periode 1987 - 1991
Berdasarkan Keppres No. 4 tahun 1990, struktur organisasi Badan Litbang
Pertanian terdiri atas: Sekretariat Badan, Pusat Penyiapan Program Penelitian,
Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah dan
Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan,
Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan,
dan Puslitbang Perikanan. Berdasarkan Kepmentan No. 75/Kpts/OT.210/2/1991,
Badan Litbang Pertanian mendapat tambahan satu unit Eselon II-b yaitu Balai
Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian. Jumlah UPT yang ada di
lingkungan Badan Litbang Pertanian tidak mengalami perubahan dan masih
mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian No. 613 tahun 1984.

Periode 1992 - 1997
Dengan Keppres No. 83 tahun 1993 yang dijabarkan dalam Kepmentan
No.96/Kpts/OT.210 /2/1994 Badan Litbang Pertanian terdiri dari 11 unit kerja
Eselon II, yaitu Sekretariat Badan, Pusat Penyiapan Program Penelitian, Pusat
Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah dan
Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan,
Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan,
dan Puslitbang Perikanan, serta Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin
Pertanian (BBP Alsintan). Pada reorganisasi tersebut, terjadi perubahan yang
sangat mendasar yaitu dengan terbentuknya 11 Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) dan 6 Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) pada 17
provinsi. Disamping itu juga mengelola 16 Balit dan 4 Lolit. Dengan demikian
pada periode ini Badan Litbang Pertanian didukung oleh 37 UPT terdiri dari 16
Balai Penelitian dan 4 Loka Penelitian, 11 BPTP dan 6 LPTP.
Tahun 1996, Badan Litbang Pertanian membina 5 (lima) Puslit bidang
perkebunan yaitu, Puslit Kelapa Sawit, Puslit Karet, Puslit Teh dan Kina, Puslit
Kopi dan Kakao dan 1 (satu) Pusat Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis
(P2PA) yang tergabung dalam Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (AP2I).
Secara fungsional pembinaan dan koordinasi program penelitiannya berada di
bawah Badan Litbang Pertanian, dan secara ex-officio, Kepala Badan Litbang
Pertanian menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina AP2I.

Periode 1998 – 1999
Berdasarkan Keppres No. 61/1998 Badan Litbang Pertanian mengalami
perubahan karena Puslitbang Tanaman Industri masuk ke Departemen
Kehutanan dan Perkebunan, sehingga susunan organisasinya sebagai berikut :
Sekretariat Badan, Pusat Penyiapan Program Penelitian, Pusat Perpustakaan
Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah dan Agroklimat, Puslit Sosial
Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Hortikultura,
Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan serta BBP Alsintan. Jumlah
UPT pada tahun 1998 sebanyak 33 yang terdiri dari 13 Balit dan 3 Lolit, 11
BPTP dan 6 LPTP.

Periode 2000 – 2001
Pada pertengahan tahun 2000 Badan Litbang Pertanian melakukan
perampingan organisasi berdasarkan Kepmentan No. 160/Kpts/OT.210/3/2000.
Periode ini ditandai dengan Puslitbang diubah menjadi Puslit, dan Puslitbang
Perikanan masuk ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Susunan organisasi
Badan Litbang Pertanian terdiri atas 7 (tujuh) unit kerja Eselon II, yaitu
Sekretariat Badan, Puslit Tanah dan Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi
Pertanian, Puslit Tanaman Pangan, Puslit Hortikultura dan Aneka Tanaman, dan
Puslit Peternakan, serta BBP Alsintan sebagai unit Eselon II-b. Sedangkan


Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (semula namanya
Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian) berada di bawah
Sekretariat Jenderal Deptan, namun secara teknis fungsional berada di bawah
pembinaan Kepala Badan Litbang Pertanian.
Sesuai Kepmentan No. 01/ Kpts/OT.210/1/2001 susunan organisasi Badan
Litbang Pertanian mengalami perubahan kembali yaitu perubahan nomenklatur
Puslit menjadi Puslitbang dan kembalinya Puslitbang Perkebunan ke lingkungan
Departemen Pertanian. Struktur organisasi Badan Litbang Pertanian menjadi 8
unit Eselon II, yaitu Sekretariat Badan, Puslitbang Tanah dan Agroklimat,
Puslitbang Sosial Ekonomi Pertranian, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang
Hortikultura, Puslitbang Peternakan, Puslitbang Perkebunan, dan BBP Alsintan.
Disamping itu, diikuti pula perubahan organisasi BPTP dan LPTP yang semula
berjumlah 17, dengan terbitnya Kepmentan No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, maka
BPTP bertambah menjadi 26.

Periode 2002 – 2004
Pada tahun 2002 terjadi perubahan organisasi yaitu Balai Besar
Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan) menjadi Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) berdasarkan Kepmentan
No. 403 tahun 2002. Di samping itu terjadi penataan UPT dengan terbitnya
Kepmentan No. 59 sampai dengan 81 tahun 2002; maka UPT Badan Litbang
Pertanian berjumlah 23 yang terdiri dari 17 Balai Penelitian/Pengkajian dan
6 Loka Penelitian.
Badan Litbang Pertanian dalam melaksanakan tugasnya terus berupaya
membenahi kelembagaan. Pada tahun 2003 telah meningkatkan status Balit
(Eselon III) menjadi Balai Besar (Eselon II-b), yaitu Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen,
Kepmentan No.631/Kpts/OT.140/12/2003), Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen, Kepmentan
No.632/Kpts/OT.140/12/2003), dan pembentukan 2 unit organisasi BPTP di 2
Provinsi, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung (Kepmentan
No.633/Kpts/OT.140/12/2003).

Statistik Penelitian Pertanian 2006 7
Periode 2005
Pada tahun 2005, Badan Litbang
Pertanian mengalami reorganisasi.
Berdasarkan Permentan No.299/Kpts/
OT.140/7/2005, Badan Litbang
Pertanian terdiri dari Sekretariat Badan
dan empat Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) yang
meliputi 1) Puslitbang Tanaman
Pangan, 2) Puslitbang Hortikultura,
3) Puslitbang Perkebunan, dan
4) Puslitbang Peternakan. Di samping
itu, dibentuk Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian yang berkedudukan di bawah Menteri
Pertanian melalui Sekjen Deptan, sebagai perubahan dari Puslitbang Sosial
Ekonomi Pertanian. Berdasarkan Permentan No. 328/Kpts/OT.220/6/2005
Badan Litbang Pertanian membina Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Dengan terbitnya Permentan No. 329/Kpts/OT.220/6/2005, Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dibina sepenuhnya oleh
Badan Litbang Pertanian.
Selanjutnya berdasarkan Permentan No. 300/Kpts/OT.140/7/2005 telah
dibentuk pula Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian sebagai perubahan dari Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Guna
mensinergikan kegiatan penelitian dan pengembangan Sumberdaya lahan
pertanian, maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pengembangan yang
bersifat lintas sumberdaya di bidang tanah, agroklimat dan hidrologi, lahan rawa,
serta pencemaran lingkungan.
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian berubah menjadi
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian berdasarkan
Permentan No. 301/Kpts/OT.140/7/2005. Untuk mensinergikan kegiatan
pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian yang mempunyai
keunggulan di tingkat nasional, maka Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian mengkoordinasikan kegiatan pengkajian
dan pengembangan teknologi pertanian yang bersifat spesifik lokasi di 28 BPTP.
Pada Periode tahun 2005 juga tercatat adanya perubahan dalam sistem
penganggaran yaitu dengan adanya sistem penganggaran terpadu ”Unified
budgeting system”. Sistem ini menekankan penganggaran dengan berbasis
kinerja dan anggaran dialokasikan menurut satuan kerja.

Statistik Penelitian Pertanian 2006 8
Periode 2006 – Sekarang
Memenuhi tuntutan perubahan
lingkungan strategis,
tahun 2006 Badan Litbang
Pertanian melakukan penataan
organisasi Unit Pelaksana
Teknis (UPT). Penataan terse
but meliputi peningkatan
status eselon yaitu Balai
Penelitian Tanaman Padi
dari eselon III-a menjadi Balai
Besar Penelitian Tanaman
Padi eselon II-b, Balai
Penelitian Veteriner menjadi
Balai Besar Penelitian
Veteriner eselon II-b. Loka
Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik dari eselon IV-a menjadi
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika eselon III-a, Loka
Penelitian Tanaman Sela Perkebunan menjadi Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Aneka Tanaman Industri eselon III-a, dan Loka Penelitian
Pencemaran Lingkungan Pertanian menjadi Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian eselon III-a.
Selain itu, UPT yang mengalami perubahan nomenklatur adalah Balai
Penelitian Tanaman Buah menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika dan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat menjadi Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatika. Pada tahun 2006 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) bertambah dua unit organisasi yaitu BPTP Gorontalo dan BPTP Maluku
Utara. Oleh karena itu, struktur organisasi Badan Litbang Pertanian pada tahun
2006 terdiri atas Sekretariat Badan, 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar,
15 Balai Penelitian, 30 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian. Struktur
organisasi Badan Litbang Pertanian tahun 2006 seperti terlihat pada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar